Rabu, 02 Desember 2009

Menyelaraskan Organisasi Menggunakan OE Cycle

Lebaran adalah saat yang membahagiakan. Bagi yang berpuasa, Lebaran adalah hari merayakan kemenangan setelah sebulan penuh melawan hawa nafsu. Pada saat Lebaran, banyak keluarga berbondong-bondong mudik. Bagi yang tidak mudik, mereka merayakan Idul Fitri di kota masing-masing sambil bersilaturahim dengan tetangga dan sanak keluarga.

Tak mau kalah dengan majikannya, para pembantu rumah tangga (PRT) juga ikut mudik. Tanpa berpikir panjang, gaji yang mereka kumpulkan selama setahun siap dihabiskan untuk membeli oleh-oleh dan baju Lebaran. Sementara itu, banyak keluarga di kota, terutama di Jakarta, akibat ditinggalkan PRT-nya, harus melakukan semua pekerjaan rumah tangga sendiri. Mereka saling membagi tugas. Keluarga yang tak ingin direpotkan oleh urusan pekerjaan rumah tangga ini memilih ”mengungsi” ke hotel.

Di sisi lain, pada saat yang sama, banyak pula peminta-minta di pinggir jalan. Sebagian mereka berjalan dalam kelompok keluarga, masing-masing membawa gerobak. Sebagian lainnya bergerombol sesama teman di tempat-tempat yang dilalui banyak orang, berharap dapat memperoleh sedikit uang receh dari para dermawan. Kalau sebentar lagi Pemprov DKI Jakarta memberlakukan peraturan daerah tentang larangan mengemis, bisa dibayangkan efek domino masalah sosial yang akan timbul selanjutnya.

Kalau kita pikir lebih jauh, sebetulnya kedua pihak bisa saling melengkapi. Pemerintah bisa mendidik para peminta-minta untuk bekerja sebagai PRT. Awalnya mungkin sekadar PRT pengganti antarwaktu selama PRT yang sebenarnya pulang kampung. Namun, kalau kinerjanya bagus, bisa saja dia menjadi PRT tetap, mengisi kesenjangan antara permintaan dan ketersediaan PRT yang makin hari makin besar juga.

Sayangnya, hal itu tidak terjadi. Ketidakselarasan sedang berlangsung. Bagi yang beraktivitas dalam sebuah organisasi, hal-hal serupa juga sering terjadi. Banyak contohnya. Misalnya, kepanitiaan perayaan HUT kemerdekaan RI setiap tanggal 17 Agustus pada tingkat RW. Panitia membuat berbagai macam acara, termasuk lomba-lomba hingga malam peringatan. Kita sering menyaksikan adanya ketidakselarasan yang menyebabkan kacaunya pelaksanaan. Pada saat malam peringatan, misalnya, kerap terjadi mereka yang seharusnya mengisi acara pukul 20.00, ternyata belum siap karena masih dirias. Akhirnya, terpaksa pengisi acara lainnya yang sudah siap dimajukan.

Dalam lingkungan kerja, kita bisa menemukan contoh yang lebih serius dan berdampak signifikan kepada perusahaan. Misalnya, terjadi tarik-menarik antara bagian pemasaran/penjualan dan teknis/produksi. Para pegawai bagian pemasaran/penjualan yang mendapat beban mencari pesanan penjualan akan berusaha sekuat tenaga mencari pembeli. Makin banyak pesanan, makin baik penilaian yang akan mereka peroleh. Namun, situasi ini bisa berarti buruk bagi bagian teknis/produksi yang harus berupaya menyediakan barang, padahal kemampuan produksi tidak dapat mengikuti volume permintaan dalam kerangka waktu yang diminta. Contohnya, pemesanan mobil yang melebihi kapasitas produksi.

Contoh lain, bagian pemasaran kredit bank yang memperoleh beban penyaluran kredit, sehingga harus mencari calon debitur sebanyak-banyaknya. Padahal, di sisi lain, analis kredit tak mampu menghasilkan keputusan “ya” atau “tidak” dalam waktu cepat terhadap permohonan kredit yang masuk.

Dua contoh itu membuktikan adanya ketidakselarasan antara volume permintaan pelanggan (pembeli mobil dan debitur) dan kemampuan memasok produk pada waktunya.

Keselarasan (alignment) harus diupayakan jika sebuah sistem ingin sukses mencapai sasarannya. Dalam contoh pertama, para keluarga yang ditinggalkan PRT mereka adalah sekelompok masyarakat yang mandiri, terpisah dari kelompok orang tidak berpunya. Sebagai sebuah kelompok, keluarga-keluarga itu mencerminkan unsur dalam sistem. Begitu pula orang-orang yang tidak berpunya, mereka adalah sebuah unsur dalam sistem. Jadi, kedua pihak sama-sama sebagai bagian dari sistem yang sama, sistem masyarakat perkotaan Indonesia.

Dalam contoh kedua, kepanitiaan juga sebuah sistem—meski sederhana—yang juga harus selaras jika ingin hasil akhirnya tercapai dengan baik. Unsur-unsur dalam sistem kepanitiaan RW adalah seksi-seksi yang menjadi penanggung jawab dalam setiap lomba. Seksi kesenian, ketua, sekretaris, atau bendahara juga menjadi unsur dalam sistem kepanitiaan tersebut.

Pada contoh ketiga, sistem dalam perusahaan, situasi tarik-menarik antara pemasaran dan teknis/produksi tak akan terjadi jika ada keselarasan. Di setiap perusahaan, apalagi yang skala besar, sistemnya memiliki beberapa unsur yang saling terkait, meski masing-masing bersifat mandiri. Unsur-unsur itu adalah pemasaran, teknis/produksi/operasional, keuangan, tenaga kerja, dan sebagainya.

Bagaimanakah kita sebaiknya melihat sebuah sistem dalam organisasi?

Salah satu cara pandang adalah apa yang oleh Franklin Covey disebut dengan Organizational Effectiveness Cycle (OE Cycle). Ini adalah sebuah cara pandang, sekaligus kerangka berpikir dan alat bantu, untuk mengelola sebuah organisasi, baik yang berorientasi laba maupun tidak.

OE Cycle dimulai dari memahami kebutuhan stakeholder, diikuti dengan merumuskan visi, misi, dan nilai-nilai, yang dijadikan rujukan untuk membangun strategi organisasi. Tantangan berikutnya adalah membangun sistem yang dapat mendukung pelaksanaan strategi organisasi tersebut. Sistem akan berpengaruh sangat besar kepada pembentukan budaya organisasi dalam upayanya menghasilkan result. Poros dari semua aktivitas pada OE Cycle ini tentu saja manusia dengan paradigma (mindset)-nya. Manusialah yang menentukan pilihan terhadap visi, misi, nilai-nilai, strategi, dan sistem yang akan diterapkan di dalam organisasi.

Akhirnya, pengecekan keselarasan organisasi dapat dilakukan lewat membandingkan result dengan kebutuhan stakeholder utamanya. Organisasi dikatakan efektif apabila result yang dihasilkan memenuhi kebutuhan stakeholder. Jika ada kesenjangan antara kebutuhan stakeholder dan result organisasi, itu artinya terjadi ketidakselarasan. Tugas penting setiap pemimpin organisasi adalah menyelaraskan organisasinya untuk menghasilkan result yang sesuai harapan. Dan, organisasi sejatinya perfectly aligned to get result they get. Selamat menyelaraskan organisasi Anda!


Alex Denni
Human Capital & Execution Expert,
Head of Consulting Group–Partner Dunamis

Tidak ada komentar: